Pages

Senin, 13 Mei 2013

Manajemen kelas


 mudah-mudahan tulisan ini berguna buat para pengajar yang dalam hal menentukan manajemen kelasnya,, dan juga mudah-mudahan berguna buat mahasiswa yang sedang belajar mengenai manajemen kelas. wish all of you enjoy this....

sebenarnya apa sih tuh manajemen kelas??
emangnya apa manfaatnya??
apa itu hanya berlaku bagi kelas besar (di sekolah)??

nahh saya akan menjawab semua nya disini...
stay turn.... :)


Pengertian manajemen kelas adalah:
ð “ kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses yang optimal bagi terjadinya proses belajar yang efektif di dalam kelas”.
Manajemen kelas itu, seperti:
a.   Membuat kelas sebagai tempat belajar.
b.   Menciptakan proses belajar efektif dalam kelas.
c.   Menciptakan suasana kelas yang kondusif untuk terjadinya proses belajar.
d.   Selalu belajar agar siswa benar-benar aktif belajar.
e.   Mengupayakan sarana-sarana yang membantu proses belajar menjadi lebih efektif dan efisien.

Tujuan dari manajemen kelas antara lain:
1.    Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
2.   Menghilangkan berbagai hambatan yang menghalangi terwujudnya interaksi belajar yang efektif.
3.   Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar efektif.
4.   Membimbing dan membina sesuai dengan latar belakang social, budaya dan ekonomi serta sifat-sifat individunya.

Menurut para pakar (Charles,2002; Everstson, Emmer & Worsham, 2003), manajemen kelas yang efektif akan memaksimalkan kesempatan pembelajaran murid. Menurut para pakar dalam bidang manajemen kelas tersebut, melaporkan adanya perubahan dalam pemikiran tentang cara terbaik untuk mengelola kelas. Perbedaan tersebut antara lain:
  a.  Tren lama
>>  Menekankan pada penciptaan dan pengaplikasian aturan untuk mengontrol siswa.
>>  Mengorientasikan siswa pada sikap pasif dan patuh pada aturan yang ketat. Sehingga melemahkan keterlibatan murid dalam pembelajaran aktif.
>>  Guru sebagai pengatur model permisif (menyerahkan pada siswa/tidak peduli).
   b.  Tren baru.
>>  Fokus pada kebutuhan murid untuk mengembangkan dan kesempatan untuk menata diri.
>>  menekankan pada membimbing siswa menjadi lebih disiplin dan tak terlalu menekankan pada kontrol eksternal atau dari siswa.
>>  menekankan pada siswa, guru sebagai pemandu , koordinator dan fasilitator.
>> penekanan pada regulasi/pengaturan diri siswa.

Banyak isu-isu dalam menciptakan manajemen kelas, dan banyak juga hal-hal yang berpotensi menyebabkan kelas menjadi kacau, contohnya adalah kelas yang terlalu padat dan kompleks. Oleh karena itulah di perlukan adanya manajemen kelas.
Dalam menganalisis lingkungan kelas, Walter Dayle (1986) mendeskripsikan enam karakteristik yang merefleksikan kompleksitas dan potensi problemnya.

   1.    Kelas adalah multidimensional. Kelas adalah setting untuk banyak aktivitas, mulai dari aktivitas akademik seperti membaca dan aktivitas sosial seperti bermain dengan teman.
    2.   Aktivitas terjadi secara simultan. banyak aktivitas bias terjadi di kelas, misalnya sekelompok murid sedang berdiskusi mengenai tugas, murid lain berdiskusi dengan guru mengenai soal tersebut, dan ada murid-murid lain yang lain.
     3.   Hal-hal terjadi secara cepat. Kejadian sering kali terjadi secara cepat di kelas dan membutuhkan respon yang cepat pula. Misalnya ada murid yang sedang berdebat dan berkelahi di kelas.
     4.   Kejadian sering kali tidak bias di prediksi. Mesjipun kelas sudah membuat rencana secara hati-hati dan rapi, ada juga kemungkinan besar akan muncul kejadian di luar rencana. Misalnya kelas sudah membuat rencana aka nada ulangan hari ini, tapi ternyata tiba-tiba ada beberapa murid yang pingsan sehingga ulangan terpaksa dibatalkan..
     5.   Hanya ada sedikit privasi. Kelas dipenuhi dengan banyak murid hingga kurang adanya ruang privasi murid dan guru.
     6.   Kelas punya sejarah. Murid punya kenangan tentang apa yang terjadi di kelas pada waktu dahulu. Ini berarti bahwa minggu pertama tahun sekolah adalah penting untuk membangun prinsip manajemen yang efektif. Oleh sebab itu makanya sekolah-sekolah biasanya menerapkan minggu pertam sekolah itu untuk pengenalan kelas dan peraturan kelas.

Memulai dengan benar.
           Kunci dalam manajemen kelas di awal masa sekolah, adalah: 
                  i.        Menyampaikan aturan dan prosedur yang anda (selaku guru) gunakan pada kelas dan prosedur yang anda gunakan.
                           ii.        Mengajak siswa terlibat dalam semua aktiviras pembelajaran.

Dampak positif dari manajemen kelas ini adalah:
    a.   Bagi siswa.
1.    Mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab individu terhadap tingkah lakunya secara sadar akan mengendalikan dirinya.
2.   Membantu siswa untuk menampilkan tingkah laku sesuai dengan tata tertib kelas dan merasakan teguran guru sebagai suatu peingatan bukan kemarahan.
3.   Menimbulkan rasa kewajiban melibatkan diri dalam tugas serta bertingkah laku yang wajar sesuai dengan aktivitas kelas yang sedang berlangsung.

Mendesain kelas lingkungan fisik kelas.
Prinsip penataan kelas.
Ada empat prinsip dasar yang dapat anda pakai untuk menata kelas anda (Everstson, Emmer & Worsham, 2003).
    a.   Kurangi kepadatan di tempat lalu lalang. Gangguan dapat terjadi di tempat yang sering di lewati.
    b.   Pastikan bahwa anda dapat dengan jelas melihat semua murid. Tugas manajemen yang penting adalah memonitor murid secara cermat.
     c.   Materi pengajaran dan perlengkapan murid harus mudah di akses.ini akn meminimalkan waktu persiapan dan perapian.
    d.   Pastikan murid dapat dengan jelas melihay semua presentasi kelas. Anda juga sebaiknya duduk di bangku mereka dan melihat apakah muri anda sudah dapat dengan nyaman melihat presentasi di depan.

Gaya penataan.
Dalam mengorganisasikan ruang fisik kelas, anda juga harus bertanya pada diri anda sendiri tipe aktivitas pengajaran seperti apakah yang akan di terima murid. Ada beberapa jenis penataan kelas standar, antara lain:
i.             Gaya auditorium. Gaya tradisional dimana semua murid duduk menghadap murid. Kontak antara murid di batasi dan guru bebas untuk bergerak. Gaya penataan ini biasa di pakai ketika guru yang memberikan presentasi.
ii.           Gaya tatap muka (face to-face). Muri saling meenghadap. Gangguan dari murid umumnya lebih besar jika menggunakan gaya penataan ini.
iii.          Gaya off-seat. Sejumlah murid (biasanya tiga atau empat anak). Duduuk dibangku tapi tidak berhadapan sevara langsung satu sama lain. Gangguannya biasanya lebih sedikit ketimbang gay tatap muka dan dapat efektif untuk kegiatan pembelajaran kooperatif.
iv.          Gaya seminar. Sejumlah besar murid (10 atau lebih) duduk membentuk lingkaran, persegi  atau bentuk U. ini efektif jika anda ingin murid anda saling berdiskusi bercakap-cakap.
v.            Gaya kluster (cluster). Sejumlah murid (biasanya empat sampai delapan anak) bekerja dalam kelompok kecil. Sususnan ini efektif untuk aktivitas pembelajaran kolaboratif. 
Susunan meja yang mengelompok akan mendorong interaksi sosial di antara murid. Sebaliknya, susunan meja yang berbentuk lajur akan mengurangi interaksi sosial di antara murid dan mengarahkan perhatian murid pada guru. Menata meja dalam bentuk lajur bagi murid ketika mereka harus mengerjakan tugas mereka sendiri-sendiri, sedangkan meja yang dikelompokkan akan membantu proses belajar kooperatif.

Referensi : Santrock.J.W.Educational Psychology. 2004.McGraw Hill Company.Inc

Tidak ada komentar:

Posting Komentar