Pengertian.
Kanker payudara adalah kanker
pada jaringan payudara.Ini adalah jenis kanker paling umum
yang diderita kaum wanita.
Namun, kaum pria
juga dapat terserang kanker payudara, walaupun kemungkinannya lebih kecil dari
1 di antara 1000. Selain itu, kanker payudara (Carcinoma mammae) didefinisikan
sebagai suatu penyakit neoplasma yang ganas yang berasal dari parenchyma.
Penyakit ini oleh World Health Organization (WHO)
dimasukkan ke dalam International
Classification of Diseases (ICD) dengan kode nomor 17. Dsn hinggs saat
ini kanker payudara merupakan penyakit pembunuh wanita No.1 didunia.
Penyakit
Kanker Payudara bermula dimana sel-sel ganas terbentuk pada jaringan payudara ,
keganasan pada sel payudara ini mengalami pertumbuhan yang tidak normal , cepat
dan tidak terkendali . Peningkatan jumlah sel tak normal ini umumnya membentuk
benjolan yang disebut tumor atau kanker . Jika ditekan benjolan ini tidak
terasa nyeri . Awalnya benjolan ini berukuran kecil , tapi lama kelamaan
membesar dan akhirnya melekat pada kulit atau menimbulkan perubahan pada kulit
payudara atau puting payudara.
Gejala-gejala yang di alami.
Berikut merupakan gejala payudara yang
perlu anda waspadai :
- Kulit payudara mengerut.
- Puting susu masuk ke dalam (retraksi).
- Timbul benjolan pada payudara yang dapat diraba dengan tangan , makin lama benjolan ini makin mengeras dan bentuknya tidak beraturan
- kulit payudara berubah warna: dari merah muda menjadi coklat hingga seperti kulit jeruk.
- Salah satu puting susu tiba-tiba lepas/hilang.
- Bila tumor sudah besar, muncul rasa sakit yang hilang-timbul.
- kulit payudara terasa seperti terbakar.
- Payudara mengeluarkan darah atau cairan yang lain (Keluar darah, nanah, atau cairan encer dari puting susu) padahal anda tidak menyusui.
- Tanda kanker payudara yang paling jelas adalah adanya borok (ulkus) pada payudara . Seiring dengan berjalannya waktu, borok ini akan menjadi semakin besar dan mendalam sehingga dapat menghancurkan seluruh payudara.
Tahapan
perkembangan kanker.
Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel
normal dalam suatu proses rumit yang disebut transformasi, yang terdiri dari
tahap inisiasi dan promosi, lalu fase metastatis.
Ø Fase
inisiasi
Pada
tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang memancing
sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik
sel ini disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen,
yang bisa berupa bahan kimia,
virus,
radiasi
(penyinaran) atau sinar matahari.
Tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen.
Kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promotor,
menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. Bahkan gangguan fisik
menahunpun bisa membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan.
Progesteron,
sebuah hormon
yang menginduksi ductal side-branching
pada kelenjar payudara dan lobualveologenesis
pada sel epitelial
payudara, diperkirakan berperan sebagai aktivator lintasan tumorigenesis
pada sel payudara yang diinduksi oleh karsinogen.
Progestin
akan menginduksi transkripsi regulator siklus sel
berupa siklin D1
untuk disekresi sel epitelial. Sekresi dapat ditingkatkan sekitar 5 hingga 7
kali lipat dengan stimulasi hormon estrogen,
oleh karena estrogen merupakan hormon yang mengaktivasi ekspresi pencerap progesteron pada sel epithelial.
Selain itu, progesteron juga menginduksi sekresi
kalsitonin
sel luminal
dan morfogenesis
kelenjar.
Ø Fase
promosi
Pada
tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi
ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh
promosi. Karena itu diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan
(gabungan dari sel yang peka dan suatu karsinogen).
Ø Fase
metastasis
Metastasis
menuju ke tulang
merupakan hal yang kerap terjadi pada kanker payudara, beberapa diantaranya
disertai komplikasi lain seperti simtoma
hiperkalsemia,
pathological fractures atau spinal cord compression. Metastasis
demikian bersifat osteolitik,
yang berarti bahwa osteoklas hasil induksi sel kanker merupakan
mediator osteolisis
dan mempengaruhi diferensiasi dan aktivitas osteoblas
serta osteoklas lain hingga meningkatkan resorpsi tulang.
Berdasarkan
WHO Histological Classification of
breast tumor, kanker payudara diklasifikasikan sebagai berikut:
- Non-invasif karsinoma
- Non-invasif duktal karsinoma
- Lobular karsinoma in situ
- Invasif karsinoma
- Invasif duktal karsinoma
- Papilobular karsinoma
- Solid-tubular karsinoma
- Scirrhous karsinoma
- Special types
- Mucinous karsinoma
- Medulare karsinoma
- Invasif lobular karsinoma
- Adenoid cystic karsinoma
- karsinoma sel squamos
- karsinoma sel spindel
- Apocrin karsinoma
- Karsinoma dengan metaplasia kartilago atau osseus metaplasia
- Tubular karsinoma
- Sekretori karsinoma
- Lainnya
- Paget's Disease.
Stadium
Stadium
penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaian dokter
saat mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya, sudah sejauh
manakah tingkat penyebaran kanker tersebut baik ke organ
atau jaringan
sekitar maupun penyebaran ketempat lain. Stadium hanya dikenal pada tumor ganas
atau kanker dan tidak ada pada tumor jinak. Untuk menentukan suatu stadium,
harus dilakukan pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan pemeriksaan penunjang
lainnya yaitu histopatologi atau PA, rontgen , USG, dan bila memungkinkan dengan CT scan, scintigrafi, dll.
Faktor-faktor penyebab.
Ø Faktor resiko
Menurut
Moningkey dan Kodim, terdapat banyak faktor yang diperkirakan mempengaruhi
terjadinya kanker payudara diantaranya:
1.
Faktor reproduksi: Karakteristik reproduktif yang
berhubungan dengan risiko terjadinya kanker payudara adalah nuliparitas,
menarche pada umur muda, menopause pada umur lebih tua, dan kehamilan pertama
pada umur tua. Risiko utama kanker payudara adalah bertambahnya umur.
Diperkirakan, periode antara terjadinya haid pertama dengan umur saat kehamilan
pertama merupakan window of initiation
perkembangan kanker payudara. Secara anatomi
dan fungsional, payudara akan mengalami atrofi dengan bertambahnya umur. Kurang
dari 25% kanker payudara terjadi pada masa sebelum menopause
sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor terjadi jauh sebelum terjadinya
perubahan klinis.
2.
Penggunaan hormon:
Hormon estrogen
berhubungan dengan terjadinya kanker payudara. Laporan dari Harvard School of Public Health
menyatakan bahwa terdapat peningkatan kanker payudara yang signifikan pada para
pengguna terapi estrogen replacement.
Suatu metaanalisis menyatakan bahwa walaupun tidak terdapat risiko kanker
payudara pada pengguna kontrasepsi oral,
wanita yang menggunakan obat ini untuk waktu yang lama mempunyai risiko tinggi
untuk mengalami kanker payudara sebelum menopause. Sel-sel yang sensitive
terhadap rangsangan hormonal mungkin mengalami perubahan degenerasi jinak atau
menjadi ganas.
3.
Penyakit fibrokistik: Pada wanita dengan adenosis,
fibroadenoma, dan fibrosis, tidak ada peningkatan risiko terjadinya kanker
payudara. Pada hiperplasis dan papiloma, risiko sedikit meningkat 1,5 sampai 2
kali. Sedangkan pada hiperplasia atipik, risiko meningkat hingga 5 kali.
4.
Obesitas: Terdapat hubungan yang positif antara
berat badan dan bentuk tubuh dengan kanker payudara pada wanita pasca
menopause. Variasi terhadap kekerapan kanker ini di negara-negara Barat dan
bukan Barat serta perubahan kekerapan sesudah migrasi menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh diet terhadap terjadinya keganasan ini.
5.
Konsumsi lemak:
Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor risiko terjadinya kanker
payudara. Willet dkk. melakukan studi prospektif selama 8 tahun tentang
konsumsi lemak dan serat dalam hubungannya dengan risiko kanker payudara pada
wanita umur 34 sampai 59 tahun.
6.
Radiasi: Eksposur dengan radiasi ionisasi
selama atau sesudah pubertas meningkatkan terjadinya risiko kanker payudara.
Dari beberapa penelitian yang dilakukan disimpulkan bahwa risiko kanker radiasi
berhubungan secara linier dengan dosis
dan umur saat terjadinya eksposur.
7.
Riwayat keluarga dan faktor
genetik: Riwayat keluarga
merupakan komponen yang penting dalam riwayat penderita yang akan dilaksanakan
skrining untuk kanker payudara. Terdapat peningkatan risiko keganasan pada
wanita yang keluarganya menderita kanker payudara. Pada studi genetik ditemukan
bahwa kanker payudara berhubungan dengan gen
tertentu. Apabila terdapat BRCA 1,
yaitu suatu gen
kerentanan terhadap kanker payudara, probabilitas
untuk terjadi kanker payudara sebesar 60% pada umur 50 tahun dan sebesar 85%
pada umur 70 tahun. Faktor Usia sangat berpengaruh -> sekitar 60% kanker
payudara terjadi di usia 60 tahun. Resiko terbesar usia 75 tahun.
Ø Faktor
Genetik.
Kanker peyudara dapat terjadi karena adanya beberapa faktor
genetik yang diturunkan dari orangtua kepada anaknya. Faktor genetik yang
dimaksud adalah adanya mutasi pada beberapa gen yang berperan penting dalam
pembentukan kanker payudara gen yang dimaksud adalah beberapa gen yang bersifat
onkogen
dan gen yang bersifat mensupresi tumor.
Gen pensupresi tumor yang berperan penting dalam pembentukan
kanker payudara diantaranya adalah gen BRCA1 dan gen BRCA2.
Pengobatan
kanker
Ada beberapa pengobatan kanker payudara
yang penerapannya banyak tergantung pada stadium klinik penyakit (Tjindarbumi,
1994), yaitu:
1. Mastektomi
Mastektomi
adalah operasi
pengangkatan payudara. Ada 3 jenis mastektomi (Hirshaut & Pressman, 1992):
o
Modified
Radical Mastectomy,
yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara, jaringan payudara di tulang dada,
tulang selangka dan tulang iga, serta benjolan di sekitar ketiak.
o
Total
(Simple) Mastectomy,
yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara saja, tetapi bukan kelenjar di
ketiak.
o
Radical
Mastectomy, yaitu operasi
pengangkatan sebagian dari payudara. Biasanya disebut lumpectomy, yaitu
pengangkatan hanya pada jaringan yang mengandung sel kanker, bukan seluruh
payudara. Operasi ini selalu diikuti dengan pemberian radioterapi. Biasanya
lumpectomy direkomendasikan pada pasien yang besar tumornya kurang dari 2 cm
dan letaknya di pinggir payudara.
2. Radiasi.
Penyinaran/radiasi
adalah proses penyinaran pada daerah
yang terkena kanker dengan menggunakan sinar X
dan sinar gamma
yang bertujuan membunuh sel kanker yang masih tersisa di payudara setelah
operasi (Denton, 1996). Efek pengobatan ini tubuh
menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit di sekitar payudara menjadi hitam,
serta Hb dan leukosit cenderung menurun sebagai akibat dari
radiasi.
3. Kemoterapi
Kemoterapi
adalah proses pemberian obat-obatan
anti kanker atau sitokina dalam bentuk pil cair atau kapsul
atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker melalui mekanisme kemotaksis.
Tidak hanya sel kanker pada payudara, tapi juga di seluruh tubuh (Denton,
1996). Efek dari kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan muntah serta
rambut rontok karena pengaruh obat-obatan yang diberikan pada saat kemoterapi.
4. Lintasan
metabolisme
Asam bifosfonat
merupakan senyawa penghambat aktivitas osteoklas dan resorpsi tulang yang
sering digunakan untuk melawan osteoporosis
yang diinduksi oleh ovarian
suppression, hiperkalsemia dan kelainan metabolisme
tulang, menunjukkan efektivitas untuk menurunkan metastasis sel kanker payudara
menuju tulang. Walaupun pada umumnya asupan asam bifosfonat dapat ditoleransi
tubuh, penggunaan dalam jangka panjang dapat menimbulkan efek samping seperti osteonekrosis
dan turunnya fungsi ginjal.
Strategi
pencegahan.
Pada
prinsipnya, strategi pencegahan dikelompokkan dalam tiga kelompok besar, yaitu
pencegahan pada lingkungan, pada pejamu, dan milestone.
Hampir setiap epidemiolog sepakat bahwa pencegahan yang paling efektif bagi
kejadian penyakit tidak menular adalah promosi kesehatan dan deteksi dini.
Begitu pula pada kanker payudara, pencegahan yang dilakukan antara lain berupa:
1. Pencegahan
primer
Pencegahan
primer
pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk promosi kesehatan karena
dilakukan pada orang yang "sehat"
melalui upaya menghindarkan diri dari keterpaparan pada berbagai faktor risiko
dan melaksanakan pola hidup sehat. Pencagahan primer ini juga bisa berupa
pemeriksaan SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) yang dilakukan secara rutin
sehingga bisa memperkecil faktor risiko terkena kanker payudara.
2. Pencegahan
sekunder
Pencegahan
sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk terkena kanker
payudara. Setiap wanita yang normal dan memiliki siklus haid
normal merupakan populasi at risk dari kanker payudara. Pencegahan
sekunder dilakukan dengan melakukan deteksi dini. Beberapa metode deteksi dini
terus mengalami perkembangan. Skrining melalui mammografi diklaim
memiliki akurasi 90% dari semua penderita kanker payudara, tetapi keterpaparan
terus-menerus pada mammografi pada wanita yang sehat merupakan salah satu
faktor risiko terjadinya kanker payudara. Karena itu, skrining dengan
mammografi tetap dapat dilaksanakan dengan beberapa pertimbangan antara lain:
o Wanita
yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan cancer risk
assessement survey.
o Pada
wanita dengan faktor risiko mendapat rujukan untuk dilakukan mammografi
setiap tahun.
o Wanita
normal mendapat rujukan mammografi setiap 2 tahun sampai mencapai usia
50 tahun.
Foster
dan Constanta menemukan bahwa kematian oleh kanker payudara lebih sedikit pada
wanita yang melakukan pemeriksaan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri)
dibandingkan yang tidak. Walaupun sensitivitas SADARI untuk mendeteksi kanker
payudara hanya 26%, bila dikombinasikan dengan mammografi
maka sensitivitas mendeteksi secara dini menjadi 75%
3. Pencegahan
tertier
Pencegahan
tertier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif menderita kanker payudara.
Penanganan yang tepat penderita kanker payudara sesuai dengan stadiumnya akan
dapat mengurangi kecatatan dan memperpanjang harapan hidup penderita.
Pencegahan tertier ini penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderita
serta mencegah komplikasi penyakit dan meneruskan pengobatan. Tindakan
pengobatan dapat berupa operasi walaupun tidak berpengaruh banyak terhadap
ketahanan hidup
penderita. Bila kanker telah jauh bermetastasis, dilakukan tindakan kemoterapi
dengan sitostatika. Pada stadium tertentu, pengobatan yang diberikan hanya
berupa simptomatik dan dianjurkan untuk mencari pengobatan alternatif
dengan obat herbal kanker payudara.
Pengobatan
kanker payudara tradisional.
Pengobatan kanker payudara tradisional
dengan kulit manggis dan daun sirsak terbukti ampuh, salah satu pengobatan
alternatif untuk pengobatan kanker payudara yang tidak kalah baiknya dengan
kemoterapi.
1. Penelitian
daun sirsak untuk pengobatan kanker payudara
Pengobatan
kanker payudara, menurut peneliti di Cancer
Chemoprevention Research Center Universitas Gadjah Mada (CCRC–UGM), Nur Qumara
Fitriyah, riset McLαughlin menunjukkan dengan dosis kecil saja, daun sirsak
efektif memberangus sel kanker. Berdasarkan riset McLaughlin ED50 ekstrak kasar
daun sirsak < 20 µg/ml, sedangkan ED50 senyawa murni cuma < 4 µg/ml. Artinya
dengan dosis rebusan 10 – 15 daun sirsak masih aman dikonsumsi.
Sumber lainnya, The Journαl of Natural Product membeberkan
riset Rieser MJ, Fang XP, dan McLaughlin, peneliti di AgrEvo Research Center,
Carolina Utara, Amerika Serikat, bahwa daun sirsak mematikan sel-sel kanker
usus besar hingga 10.000 kali lebih kuat dibanding adriamycin dan kemoterapi.
Menurut Ervizαl AM Zuhud (kepala Bagian Konservasi dan
Keanekaragaman Tanaman, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor) penelitian
sirsak sempat ditutupi-tutupi selama 10 tahun karena ‘mengancam’ kelangsungan
hidup kemoterapi dan industri kimia. Apalagi harga sirsak murah. Hasil
penelitian itu, ‘Baru tersebar setelah keluarga dari seorang peneliti mengidap
kanker dan mempublikasikan di dunia maya.
2. Penelitian
kulit manggis untuk pengobatan kanker payudara
Pengobatan
kanker payudara, Journal of pharmαcology,
mempublikasikan bahwa kandungan zat xanthone pada kulit manggis memilik efek
anti kanker seperti kanker payudara , kanker darah (leukeumia) dan kanker hati
. Selain itu juga xanthone memiliki banyak manfaat kesehatan terutama kesehatan
kardiovaskuler seperti mengatasi sakit jantung, aterosklerosis, hipertensi dan
trombosit. Xanthone juga memperlebar pembuluh darah dan memeperlancar peredaran
darah. manggis juga kaya akan mineral kalium yang membantu metabolisme energi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar