Dalam usaha pengembangan
kreativitas anak, anak sebaiknya diberikan latihan pada keterampilan sesuai
dengan bakat dan sesuai dengan apa yang diinginkan anak. Orang tua dan pendidik
bertugas menciptakan iklim ataupun kondisi yang baik bagi pengembangan
kreativitas anak dan memberikan sarana yang cukup. Dan juga dibutuhkan adanya
motivasi intrinsik pada anak agar terwujudnya keberhasilan kreatif.
Peranan Keluarga
Berdasarkan Penelitian Dacey (1989): Dalam keluarga yang memiliki remaja yang
kreatif, tidak banyak aturan yang diberlakukan dibandingkan keluarga yang
biasa.
Orang
tua yang merasa anaknya kreatif akan: mendorong
dan memberikan banyak kesempatan agar si anak dapat mengembangkan bakat.
Gaya hidup dan
penilaian orang tua terhadap kreativitas anak juga berpengaruh dalam
perkembangan kreativitas.
Serta kreativitas dapat berkembang dalam suasana non otoriter, yang
memungkinkan individu untuk berpikir dan menyatakan diri secara bebas (Rogers,
dalam Vernon, 1982).
Beberapa faktor penentu sikap orangtua terhadap Kreativitas Anak
1.
Kebebasan;
Orangtua yang percaya untuk memberikan kebebasan pada anak cenderung
mempunyai anak kreatif.
2.
Respect: Anak yang kreatif biasanya mempunyai orangtua yang
menghormati mereka sebagai individu, percaya pada kemampuan mereka dan
menghargai keunikan anak
3.
Kedekatan
emosi yang
sedang: Kreativitas anak dapat
dihambat dengan suasana emosi yg mencerminkan rasa permusuhan, penolakan, atau
rasa terpisah. Namun keterikatan emosi yg berlebih juga tidak menunjang
pengembangan kreativitas
4.
Prestasi
bukan angka: Orangtua anak kreatif
menghargai prestasi anak, mereka mendorong anak untuk berusaha
sebaik-baiknya dan menghasilkan karya-karya yg baik.
5.
Orangtua aktif dan mandiri: Bagaimana sikap orangtua terhadap diri sendiri amat penting karena orangtua menjadi model utama yang ditiru oleh anak.
6.
Menghargai
kreativitas: Anak yang
kreatif memperoleh banyak dorongan dari orangtua
untuk melakukan hal-hal yang kreatif.
Sikap orangtua yang menunjang pengembangan kreativitas anak.
1.
Menghargai
pendapat anak dan mendorongnya untuk mengungkapkannya
2.
Memberi
waktu kepada anak untuk berpikir, merenung, dan berkhayal
3.
Membolehkan
anak mengambil keputusan sendiri
4.
Meyakinkan
anak bahwa orangtua menghargai apa yang ingin
dicoba dilakukan, dan apa yang dihasilkan
5.
Menunjang
dan mendorong kegiatan anak
6.
Menikmati
keberadaannya bersama anak
7.
Memberi
pujian kepada keberhasilan anak
8.
Menjalin
hubungan kerja sama yang baik dengan anak
Sikap yang tidak menunjang pengembangan kreativitas anak.
1.
Mengatakan
kepada anak bahwa ia dihukum jika berbuat salah
2.
Tidak
membolehkan anak marah kepada orangtua
3.
Tidak
membolehkan anak mempertanyakan keputusan orangtua
4.
Tidak
membolehkan anak bermain dengan anak dari keluarga yang
mempunyai
pandangan dan nilai yang berbeda dari keluarga anak
5.
Orangtua memberi saran-saran spesifik tentang
penyelesaian tugas
6.
Orangtua kritis terhadap anak dan menolak gagasan anak
7.
Orangtua tidak sabar dengan anak
8.
Orangtua dan anak adu kekuasaan
9.
Orangtua menekan dan memaksa anak untuk meyelesaikan tugas
Saya?
Saya terlahir sebagai anak bungsu dari empat bersaudara dan dari orangtua yang penuh dengan didikan
keras. Orangtua saya termasuk orangtua yang tegas dalam mendidik anak-anaknya,
yang akhirnya didikan tersebut tertanam dalam pribadi saya hingga saat ini. Dimana
orangtua saya mendidik saya dengan didikan yang bersifat otoritatif yang membebaskan saya untuk menyampaikan pendapat, namun
tetap dalam batasan-batasan yang tak boleh di langgar. Didikan ini memang
cenderung membuat saya menjadi anak yang mampu mengembangkan diri saya untuk
dapat berpikiran luas mengenai menciptakan hidup kreatif yang sesuai dengan
yang saya inginkan. Misalnya ketika saya memutuskan untuk memilih Universitas
dan jurusan serta cita-cita saya. Orangtua saya lebih bersikap member saran,
namun tetap saya yang diberi kebebasan memilih.
Peranan sekolah.
Sekolah juga sangat berperan aktif dalam
pengembangan kreativitas anak. Di sekolah guru dan teman-teman dapat mempengaruhi
kreativitas anak. Guru mempunyai peranan yang cukup besar dalam pengembangan
kreativitas anak ini. Penilaian
guru terhadap pekerjaan murid menurut Amabile mungkin merupakan pembunuh
kreativitas paling besar. Yang dapat
dilakukan guru, antara lain:
a. Memberikan umpan balik yang berarti
daripada evaluasi yang abstrak dan tidak jelas.
b. Melibatkan siswa dalam menilai
pekerrjaan mereka sendiri dan belajar dari kesalahan mereka
c. Penekanannya hendaknya terhadap
“Apa yang telah kau pelajari?” dan bukan pada “Bagaimana kau melakukannya?
d. Dalam kelas yang menunjang
kreativitas, guru menilai pengetahuan dan kemajuan siswa melaui interaksi yang
terus menerus dengan siswa
e. Sistem ini membuat evaluasi lebih
bersifat memberi informasi daripada mengawasi. Siswa melihat komentar guru
tidak sebagai hadiah ataupun hukuman untuk mengawasinya, tetapi sebagai informasi
yang berguna bagi belajar dan kinerja siswa.
Misalnya
seperti yang saya alami di bangku SMA, ketika dalam proses belajar mengajar seperti
anak diberi kebebasan untuk menyampaikan pendapatnya, namun tetap dalam batasan
aturan sopan santun. Dalam memilih jurusan, saya juga di beri kebebasan. Ketika
memasuki kelas III di SMA anak di bebaskan untuk memilih jurusan, namun tetap
dilihat berdasarkan kemampuan si anak. Kami diberikan fasilitas konseling dalam
menentukan pilihan jurusan. Sekolah member pengarahan, namun keputusan utamanya
tetap diputuskan oleh anak itu sendiri dalam menentukan pilihan jurusannya. Begitu
pula dengan disediakannya kegiatan ekstrakulikuler
di sekolah, dimana kami bebas untuk memilih kegiatan apa yang diikutinya sesuai
dengan minat dan bakat kami. Di sekolah kami juga diberi kesempatan untuk
berperan dalam peembinaan organisasi, hal ini juga dapat menumbuhkan
kreativitas anak dalam membangun organisasi kecil-kecilan.
Peranan masyarakat.
Arieti
(1976) mengemukakan beberapa faktor sosiokultural yang creativogenic yaitu:
1.
Tersedianya sarana-prasarana kebudayaan
2.
Keterbukaan terhadap rangsangan kebudayaan
3.
Penekanan pada becoming tidak hanya pada being
4.
Memberikan kesempatan terhadap media kebudayaan bagi
semua warga negara
5.
Mengahargai rangsangan dari kebudayaan yang berbeda
6.
Toleransi dan minat terhadap pandangan divergen
7.
Interaksi antara pribadi yang berarti
8.
Serta adanya penghargaan
Menurut Simonton (1978), ada tujuh perubah yang
mempengaruhi perkembangan kreatif seorang individu, yaitu pendidikan formal,
adanya model peran, fragmentasi politis, keadaan perang, gangguan sipil,
Zeitgeist, dan ketidakstabilan politis. Kesimpulan Simonton tentang pentingnya
kondisi sosiokultural terhadap perkembangan kreativitas , mengarahkan perhatian
terhadap pengaruh dalam kebudayaan yang dapat memudahkan atau menghambat
kreativitas anak.
Menurut saya, masyarakat juga dapat mempengaruhi
pengembangan kreativitas anak. Misalnya apabila lingkungan masyarakat anak
bersifat tertutup dan tidak mau menerima adanya kemajuan, hal tersebut dapat
menyebabkan kreativitas seorang anak akan terhambat. Lingkungan tempat tinggal
saya yaitu di Riau, dimana Riau sangat khas dengan kebudayaan melayu nya. Namun,
disana masyarakatnya hidup dengan beragam suku dan agama, serta bersikap
terbuka. Karena banyaknya jumlah suku dan agama disana, saya cukup mempunyai
banyak kesempatan untuk mengenal dan mempelajari kebudayaan budaya lain. Disinilah
sangat diperlukan peran masyarakat yang terbuka dan tidak membatasi akan pengenalan
masing-masing budaya. Disana juga terdapat banyak sarana yang mendukung
pengembangan kreativitas anak. Misalnya terdapat sanggar tari baik tari
tradisional maupun tari modern. Disana juga sering diadakan pertandingan musik untuk
para remaja, pada ajang itulah anak dapat berkompetesi menampilkan
kreativitasnya baik musik tradisional maupuun musik modern.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar